Cita-citaku

lagi pada diriku. Aku harus mencari tahu apa yang aku inginkan. Mencari tahu potensi yang ada dalam diriku. Ibuku juga tidak memaksaku untuk menjadi dokter.

Ucapan ibuku pun aku pikirkan hingga sekarang. Aku selalu merenung dan mencari tahu potensi apa yang ada dalam diriku. Aku merasa bahwa potensiku adalah di bidang dunia listrik. Hal itu aku rasakan saat memperbaiki barang elektronik yang rusak. Suatu hari saat pelajaran produktif berlangsung di ruang laboratorium komputer akuntansi, aku tidak sengaja menjatuhkan mouse yang ada di sampingku. Mousenya pun pecah dan beberapa komponennya terlepas dari tempatnya. Aku pun segera memperbaikinya sebelum gurunya menghampiriku dan menemukan mousenya dalam kondisi rusak.

Akhirnya, selang beberapa menit mouse itu pun kembali normal seperti sedia kala. Aku merasa lega dan puas. Teman sebangkuku sangat takjub dan dia berkata bahwa mungkin aku salah mengambil jurusan saat pendaftaran karena aku memiliki skill untuk memperbaiki alat elektronik dan harusnya aku masuk jurusan TKJ. Aku pun bercerita padanya bahwa saat pendaftaran PPDB sebenarnya aku ingin sekali masuk jurusan listrik karena aku sangat tertarik dengan dunia listrik dan lagi aku senang memperbaiki barang yang rusak. Namun, ibuku melarangku karena aku adalah anak perempuan dan tidak cocok anak perempuan berada di jurusan yang kebanyakan isi kelasnya anak laki-laki. Temanku memberiku inspirasi bahwa aku bisa mendalami dunia listrik yang aku inginkan dengan cara kuliah di jurusan listrik kelak setelah aku lulus. Mendengar kata-kata temanku, aku pun senang dan aku akan memikirkan akan kemungkinan itu.

Sekarang aku memikirkan ucapan temanku itu. Kemudian aku beranjak dari kamarku dan pergi ke kamar kak Adrian, tetapi kak Adrian tidak ada di kamarnya. Aku pun pergi ke kamar kak Akbar, dan ternyata kak Adrian ada di kamar kak Akbar. Aku pun menghampiri mereka dan aku pun bercerita pada kedua kakakku tentang cita-citaku. Selesai aku bercerita, aku melepaskan nafas panjang yang dari tadi aku tahan selama aku bercerita. Kak Akbar membuka pembicaraan setelah beberapa menit hanya ada kekosongan di antara kami. 'Hm, jadi sebenarnya kamu ingin sekali mendalami dunia listrik, sama seperti ayah?' tanya kak Akbar. Aku pun mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan kak Akbar. Kemudian kak Adrian bertanya padaku, 'Sejak kapan kamu menyukai dunia listrik?'
Aku berfikir sejenak, kemudian menjawab, 'SMP kelas VII kak, tapi aku memendam rasa tertarikku pada dunia listrik hingga aku lulus SMP. Tapi kak, aku juga memiliki keinginan untuk bisa menjadi seorang akuntan.'

Kedua kakakku pun tampak sedang berfikir dan kemudian berdiskusi. Bebarapa menit kemudian, mereka memberikan hasil diskusi mereka padaku. Mereka sepakat bahwa aku harus memilih apa yang benar-benar aku inginkan dan minatku ada dimana. Mereka juga berkata bahwa semua cita-cita adalah baik dan bermanfaat.

Kemudian aku mengambil kesimpulan sendiri. 'Kak, bagaimana kalau cita-citaku menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat dan bisa mengajak seluruh anggota keluargaku pergi haji dan kami sekeluarga merupakan golongan orang-orang mukmin?' Mendengar hal itu kedua kakakku pun tersenyum dan menjawab bersamaan, 'Amin. Itu termasuk cita-cita juga kok, adekku sayang.' Kini aku sudah mantap bahwa cita-citaku adalah menjadi orang sukses dunia dan akhirat, bisa mengajak seluruh anggota keluargaku pergi haji dan kami sekeluarga merupakan golongan orang-orang mukmin dan bertaqwa.